Jumat, 31 Agustus 2007

tentang cinta

Engkau bagai bunga yang selalu memberikan keharuman, yang memberi keindahan sebuah taman. Engkau seakan pelangi yang menghiasi langit yang memberi warna dan membuat hati berseri-seri.
Apa artinya cinta jika tanpa balasmu, apa artinya cinta jika hanya setengah hati, apa artinya cinta jika aku tak disisimu.
Aku ingin mencium membelai wajahmu, menyentuh hangat tubuhmu mengikat cinta kita dengan ikatan yang abadi dan takkan ada yang bisa memisahkan kita
Kita kan terus bersama slalu bersama berbagi cerita indah memadu kasih bersama lalui hari terindah berdua hanya. Hanya bersamamu aku bisa.
Kita kan ciptakan tempat terindah dalam hidup kita, kan kuuntai hari terindah bersama dan kujadikan kenangan termanis bersamamu.
Berjuta rasa dihatiku tlah kuukir dalam setiap jejak hidupku, tlah terpatri dalam setiap langkah kakiku. Berjuta kenangan indah bersamamu, tlah terukir indah dalam hatiku, semua indah tentangmu tlah menjadi mimpi indahku. Aku sayang padamu.
Bukan mentari jika tak menyinari, bukan bunga jika tak mewangi, dan bukan cinta jika tak sepenuh hati (ariyo wahab)
Mungkin jika cinta hanya milik Adam dan Hawa, kita tak akan pernah merasakan indahnya jatuh cinta.
Mutiara terindah yang pernah aku miliki itu adalah dirimu. Jangan pergi lagi tinggalkan aku, maafkan aku jika selalu salah yang kubuat, jika ku slalu menyakitimu.
Biar mentari tak bersinar hari ini, tapi bayang wajahmu selalu menemani, slalu menyinari jiwaku…
Aku masih menanti jawaban hatimu, jawaban atas cinta yang kutawarkan kepadamu. Bila cinta tak lagi bisa bersatu, kenanglah yang pernah terjadi bersamaku.
Bila cinta tak dapat menyatukan hati kita, mungkin memang takdir tak mengizinkan kita tuk bersama untuk selamanya. Jangan salahkan cinta, karena tak seharusnya cinta menghalangi kebersamaan kita.
Tak ada rindu di jiwa ini. hatiku hampa tanpa sebuah cinta. Sungguh kau tega lepaskan cinta yang dulu pernah ada. Kini kau pergi bersamanya, tinggalkan aku bersama sisa puing-puing cinta.
Entah apa yang membuat resah hatiku Berjuta rasa yang tak mampu kurasa, berjuta angan mulai terbayang. Tak sanggup aku berucap apa ini yang kau sebut cinta. Aku telah luruh dalam angan khayal tentang dirimu. Tak tersisa waktu kecuali hanya untuk fikirkan kamu.
Ketika cinta menggugah rasa begitu indah terasa mengukir hatiku menyentuh jiwaku menghapuskan semua lara gelisah. Datangalah padaku dekap disampingku kuingin hidupku selalu dalam pelukmu..karena engkau begitu indah..

khayalan

Ketika khayal menerawang jauh, ketika angan membumbung tinggi, ketika asa tak jua tercapai aku merasa ada sesuatu yang merasuk dalam aliran darahku, menembus jiwaku yang kosong. Aku tak tahu apa itu, tetapi aku merasa sesuatu itu sedikit banyak telah mempengaruhi hidupku, membuat hidupku semakin tak tahu arah, membuat apa yang ada di dunia ini terasa hampa. Tak ada lagi gairah untuk memaksimalkan segala potensi yang ada, tak mampu mengambil peluang yang terbuka, ragu untuk melangkah dan entah masih banyak lagi yang mungkin juga kau rasa.
Semua khayalan indah itu seakan sirna, semua mimpi yang dulu indah tercipta kini mungkin hanya sebuah ilusi semata, sebuah mimpi yang takkan pernah menjadi nyata. Meskipun semua khayal dan mimpi itu tak semuanya sirna, namun hati terlanjur enggan untuk merajut kembali mimpi yang tersisa. Yang ada hanyalah sebuah penyesalan panjang yang tak pernah berujung.
Dulu ketika semua itu mash terasa indah, tak ada kata menyerah untuk mendapatkannya. Kini setelah semua telah sirna, hanya puing-puing penyesalan yang ada, hanya olok-olokan pada diri sendiri yang tak pernah usai, hanya caci maki untuk diri sendiri yang terucap. Aku tak tahu apa seperti ini hidup ini.
Gelisah, gundah gulana, bermuram durja, mungkin hanya itu yang masih tersisa. Tak ada tempat di hati untuk sekedar mengingatkan untuk kembali melangkah lupakan semua yang telah berlalu, tak ada bisikan nurani untuk sekedar tegarkan hati, tak ada lagi hembusan angin yang mendorong langkah kaki, yang ada hanyalah jiwa yang masih belum dapat menerima, hati yang masih belum percaya akan semua ini.
Mungkin jiwa ini ingin berteriak, mungkin hati ini ingin memberontak, namun mulut seakan bisu tak mampu berucap, tangan pun tak mampu lagi menggenggam, semua berat kurasa.
Kini kan kutenangkan jiwaku, kuhela nafasku, mencoba menerima semua realita yang ada, kuharus bangkit dari kekosongan ini, kuharus tetap melangkah, ku harus lupakan kelamnya cerita yang lalu, tak ada guna semua itu disesali. Hariku adalah hari ini, mimpiku tercipta hanya untuk hari ini, yang lalu kubiarkan berlalu, esok pun masih misteri, kan kujadikan hari ini hari terindah dalam hidupku.
Kawan, mari kita bangkit, mari kita bangun dari tidur panjang ini, perjuangan hidup ini tak pernah usai, angkat kakimu langkahkan menuju hari terindahmu. Allah selalu bersamamu.
Ditengah kesunyian malam
~Zhiey ‘aidan’~
hanya manusia biasa

kesalahan umat tentang zakat

Kesalahan ummat dalam memahami kewajiban zakat
Zakat, salah satu rukun islam ini hampir selalu menjadi “yang kedua” setelah rukun-rukun islam yang lain. Di akhir bulan Syawal atau awal dzulqoidah misalnya, orang lebih asyik membincangkan tentang ibadah haji, di akhir bulan Sya’ban serta bulan Ramadhan para Ulama’ labih giat menyerukan tentang fadhilah-fadhilah puasa, pada bulan-bulan lain hampir tak terdengar suara khotib, muballigh atau ustadz yang menyerukan kewajiban berzakat. Padahal kedudukan zakat dalam islam sama pentingnya dengan rukun islam yang lain. Ibarat sebuah bangunan, rukun islam adalah tiang-tiang yang menyanggah atap bangunan tersebut. Artinya jika zakat sebagai salah satu tiang tidak kokoh, maka ia tidak akan kuat menyanggah atap bangunan tersebut.
Dari sinilah mulai timbul kesalahan-kesalahan masyarakat dalam memahami kewajiban berzakat, masyarakat hanya menganggap bahwa zakat adalah sama halnya dengan shodaqoh biasa. Hal ini benar adanya karena zakat adalah shodaqoh yang wajib, namun harus dibedakan antara kewajiban berzakat dengan anjuran bershodaqoh. Kewajiban berarti perintah yang harus dilaksanakan, namun anjuran adalah suatu tuntutan yang tidak bersifat harus. Ini adalah effect yang timbul dari kurangnya sosialisasi tentang perbedaan zakat dan shodaqoh. Sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga zakat terbilang kurang efektif, karena sosialisasi zakat oleh lembaga lebih pada sosialisasi lembaga atau program lembaga.
Selain itu, masyarakat lebih mengenal zakat sebagai zakat fitrah yang hanya wajib ditunaikan ketika akhir bulan Ramadhan. Padahal selain zakat fitrah, ada zakat maal yang juga bersifat wajib. Bahkan ada sebagian ulama’ yang mewajibkan zakat dari setiap harta yang berkembang. Itu artinya tidak ada dari harta kita yang bebas dari zakat ketika telah mencapai nishab. Jadi tidak hanya beras yang wajib zakat, tetapi juga harta-harta lain selain itu seperti penghasilan, perdagangan, emas, hewan ternak, dan lain sebagainya.
Hal lain yang menjadi kesalahan dalam memahami kewajiban berzakat adalah, masyarakat hanya menjadikan zakat sebagai ibadah mahdhah saja, artinya masyarakat mengeluarkan zakat karena Allah semata dan menyampingkan aspek muamalah didalamnya. Karena pada dasarnya zakat adalah salah satu kegiatan ekonomi islam dan sebagai sarana pemerataan pendapatan sehingga kesejahteraan masyarakat akan terpenuhi. Para muzakki tidak menyadari itu, sehingga apa yang dikeluarkan atas nama zakat tidak memiliki nilai manfaat untuk pemerataan kekayaan atau kesejahteraan masyarakat miskin.
Para wajib zakat (muzakki) saat ini cenderung lebih memilih berzakat langsung kepada mustahik (penerima manfaat zakat). Padahal jelas, perintah berzakat dalam Al-Quran surat At-taubah: 103, didalamnya terdapat fiil amr (kata perintah) khudz (ambillah) maka dapat dipahami bahwa dalam berzakat ada pihak atau lembaga yang mengambil zakat dari para wajib zakat (muzakki) dalam hal ini adalah amilin zakat. Maka dari itu Allah menjelaskan siapa saja yang berhak memenfaatkan dana zakat dalam surat At-taubah: 90 salah satunya adalah amilin zakat itu artinya ada individu atau lembaga yang bertugas untuk mengurusi zakat yang dibolehkan memanfaatkan dana zakat tersebut. Imam Ar Razi menafsirkan, ayat ini (At-taubah: 60) menunjukkan bahwa masalah penarikan dan distribusi zakat, merupakan otoritas penuh bagi pemerintah dan orang-orang yang mewakilinya. Sebagai dalilnya, Allah memberikan bagian khusus bagi para ‘amil dari dana zakat. Hal ini mengindikasikan bahwa zakat merupakan kewajiban yang harus dioperasionalkan oleh para ‘amil, baik penarikan maupun distribusinya.
Untuk itu lembaga zakat perlu memperbaiki kinerjanya dalam mengelola zakat. Integritas individu harus ditingkatkan, sehingga akan timbul kepercayaan yang tinggi pula dari para muzakki. Selain itu program-program yang dibuat oleh lembaga zakat harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan mustahik bukan program yang malah semakin membuat ‘miskin’ mustahik.
Selain program-program yang harus sesuai dengan kebutuhan mustahik, sosialisasi kepada masyarakat tentang kewajiban tidak boleh dilupakan, tidak hanya terbatas pada muzakki saja tetapi juga kepada mustahik. Sehingga apa yang menjadi cita-cita zakat yaitu sebagai solusi berbagai problem umat akan terrealisasi. Wallahu a’lam

filosofi

Jika filosofi hidupmu adalah putaran sebuah roda, yang kadang diatas kadang dibawah, maka tak ada salahnya jika anda berhenti sejenak sekedar menambah angin roda anda, atau mendinginkan roda yang panas karena terus berputar diatas jalan.
Jika filosofi hidup anda adalah sebuah tanjakan gunung, maka tak ada salahnya sejenak kau berhenti sekedar mengatur ulang strategi pendakian atau meneguk seteguk dua teguk air.
Jika filosofi hidup anda adalah aliran air, maka tak ada salahnya jika anda mencari tempat yang datar (rata) sehingga anda tidak bergerak dan terlihat lebih tenang.
Hidup tak selalu harus melaju, hidup tak selalu harus dikejar tanpa berhenti. Tak salah jika kau berhenti sejenak untuk memberi ruang pada hati dan pikiran anda untuk memikirkan kembali makna dan tujuan hidup anda.
Dalam khutbah jumat terdapat dua kali khutbah, apa hikmahnya? Apakah memberi waktu khotib untuk istirahat? Atau hanya sekedar untuk berdo’a atau mengucap shalawat?
Mungkin ia, tapi apa se-simple itu? Islam memberi kesempatan kepada pikiran untuk mengendapkan apa yang telah disampaikan oleh khotib dalam khutbahnya. Artinya dalam hidup pun kita harus memberi ruang pada pikiran untuk ‘mengungkapkan isi hatinya’.
Maka tak salah jika kita sejenak berfikir, apakah jalan yang telah kita tempuh telah sesuai dengan rencana awal kita, apakah jalan yang telah kita lalui sesuai dengan rute perjalanan kita?
Ingat!!! Tak ada sesuatu yang abadi di dunia ini. Sejauh apapun kita melangkah, sejauh apapun kita berjalan toh kita pasti berhenti.
Jalani hidup ini sesuai caramu, jangan pernah dengarkan bisikan-bisikan yang mungkin akan merantai jalanmu, abaikan setiap apa yang meragukanmu karena itu hanya akan menjadi kotak korek api bagimu.
Terakhir, tak ada manusia sempurna di dunia ini. So, tak perlu kau latah, tak perlu kau meniru apa yang dimilikinya. Just be your self. Hanya dirimu yang mampu hadapi semua... yakin kau bisa...
Maaf klo ada salah kata..sekedar ungkapan hati yang lama terpendam aja..

permusuhan

Andai setiap kita diciptakan untuk saling memusuhi, apa yang akan terjadi dengan dunia ini?? Peperangan, pertikaian, adu domba, hasut menghasut, dan lain sebagainya mungkin adalah pemandangan yang akan sering kita temukan di masyarakat. Namun tidak demikian Allah menciptakan manusia, Allah menciptakan manusia untuk saling mengasihi, saling menyayangi dan saling menghormati. Kadang satu tertimpa kesusahan, yang lain hendaknya membantu. Ketika yang lain sedang mebutuhkan maka yang lainnya pun harus membantu.
Begitu indahnya Allah menciptakan manusia, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, manusia sebagai khalifah fiil ardh dituntut untuk menjadi seorang yang bijaksana, menjadi seorang yang arif sehingga jiwa kepemimpinan yang memang sejak awal diembankan kepadanya dapat dilaksanakan dengan semaksimal mungkin dan sebaik mungkin. Sehingga ketika nanti di akhirat, ketika nanti dimintai pertanggung jawaban atas apa yang diperbuat di dunia, ia dapat mempertanggung jawabkannya dengan pertanggung jawaban yang baik.
Manusia adalah tempatnya lupa dan salah, untuk itu manusia dituntut untuk selalu belajar dan terus belajar, sehingga dengan balajar, manusia dapat meminimalisir dari perbuatan yang salah. Tidak salah jika wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad Saw. Adalah iqra’ (bacalah). Kata iqra’ tidak hanya mengandung makna membaca saja, namun lebih dari itu kata iqra juga dapat dimaknai dengan belajar tidak hanya dengan membaca teks atau tulisan, tetapi juga membaca alam, bagaimana menghayati penciptaan makhluk-makhluk, bagaimana mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita dan lain sebagainya.