Minggu, 30 September 2007

Zakat berpusat di Singapura

Singapura sejak lama dikenal sebagai “surga” untuk menyimpan kekayaan. Termasuk harta orang Indonesia- negeri muslim terbesar di dunia.
Menurut laporan Merrill Lynch dan Capgemini yang dirilis Oktober 2006, jumlah kolektif kekayaan 55 ribu warga terkaya Singapura mencapai US$ 260 milyar. Dari jumlah itu, sebanyak US$ 87 milyar atau setara Rp 800 triliun merupakan kekayaan milik 18 ribu WNI yang memiliki izin tinggal disana.
Tahun sebelumnya, pemerintah Singapura memperkirakan ada sekitar 65 milyar USD uang orang Indonesia yang diinvestasikan di Singapura. Dari angka itu, diperkirakan total uang orang kaya Indonesia yang parkir di berbagai negara sekitar 150 milyar USD, atau setara Rp 1.350 triliun pada kurs Rp 9.000. jumlah ini melebihi total dana pihak ketiga di bank nasional sebesar Rp 900 Triliun, dana reksadana sekitar Rp 110 triliun, maupun rerata transaksi harian pemodal lokal di bursa saham yang sekitar Rp 1,5 triliun (Investama, edisi 121.VII, 12-25 April 2005).
Indikasinya pun terlihat. Misalnya pada shopping season Juni 2005 di Singapura, ternyata the biggest spendornya adalah orang Indonesia dengan nilai transaksi lebih dari 1 triliun. Rekor ini mengalahkan pembelanja dari Jepang maupun Amerika sekalipun.
Belum lagi duit-duit bank swasta di Indonesia yang juga banyak dikuasai oleh Singapura. Menurut data Biro Riset InfoBank, Singapura merupakan yang paling banyak mengoleksi bank swasta Indonesia, yakni Bank Danamon, BII, Bank NISP, dan Bank Buana. Belum termasuk Bank campuran, seperti Development Bank of Singapore Indonesia, Overseas Chinese Banking Corporation Indonesia, dan United Overseas Bank Indonesia.
Selain kebanjiran duit, Singapura pantas menjadi pusat zakat lantaran ia menjadi negeri pernaungan para gharimin asal Indonesia. Termasuk para pengutang BLBI yang belum melunasi pinjamannya. Seperti diungkapkan Indonesian Corruption Watch (ICW) pada 26 April 2007, ada 17 buronan asal Indonesia yang diduga berada di Singapura. Jumlah itu bisa bertambah karena saat ini ada 40 tersangka korupsi yang buron ke mancanegara.
Ke-17 gharimin itu antara lain: Sjamsul Nursalim kasus BDNI dengan kerugian negara Rp 6,9 triliun dan US$ 96,7 juta; Bambang Sutrisno, kasus Bank Surya dengan kerugian negara Rp 1,5 triliun; Adrian Kiki Irawan, kasus Bank Surya dengan kerugian negara Ep 1,5 triliun; David Nusa Wijaya, kasus Bank Sertivia dengan kerugian negara Rp 1,26 triliun; Samadikun Hartono, kasus Bank Modern dengan kerugian negara Rp 169 miliar; Agus Anwar, kasus Bank Pelita kerugian negara Rp 1,9 triliun; Irawan Salim, kasus Bank Global kerugian negara US$ 500 ribu.
Salah satu gharimin BLBI adalah Sukanto Tanoto (Tan Kang Hoo). Dia konglomerat di bidang kertas dan bubur kertas, kelapa sawit, konstruksi serta energi. Lewat induk perusahaannya, dia memiliki utang sindikasi perbankan Indonesia senilai 1,5 miliar dolar.
Meski tenggelam dalam lautan utang, menurut publikasi majalah Forbes tahun 2007, Tanoto adalah juara pertama dalam peringkat 40 orang terkaya dinegeri ini. Kekayaan yang ia hmpun mencapai 2,8 triliun dolar atau tak kurang dari Rp 25,4 triliun! Disusul oleh gharimin lainnya seperti: Eka Tjipta Widjaja, Liem Sioe Liong, Sjamsul Nursalim dan seterusnya.
Begitulah, aghniya dan gharimin tumplek blek di Singapura. Tidakkah zakat akan berpusat di sana????


“Disadur dari Newsletter BAZNAS DOMPET DHUAFA edisi khusus Ramadhan 1428H” dengan perubahan.

Tidak ada komentar: