Minggu, 30 September 2007

sarapan tunai

Pagi. Secuil kisah dari pojok rumah Pak Surya. Laki-laki yang telah cukup renta itu sedang memimpin sebuah upacara: sarapan. Bersama istri dan tiga putra-putrinya. Diatas meja, hanya terhidang sepotong roti. Sisa susu di kaleng hanya cukup untuk segelas. “Oke, kita sarapan apa adanya. Satu potong roti kita potong jadi lima secara merata. Satu gelas susu masing-masing dapat satu teguk,” ujarnya. “hari ini tidak ada tambahan makanan, ayah belum gajian, dan di kantong ayah hanya ada lima ribu rupiah, hanya cukup untuk bensin motor ayah ke kantor,” ujar Pak Surya, tukang kebun sebuah sekolah dasar di pinggir Jakarta itu. Tiap hari dia berangkat dengan ‘bebek’ tuanya yang kerap terengah-engah di jalan tanjakan.
Ketika istri Pak Surya hendak memotong roti jadi lima bagian, sesuai perintah suaminya, tiba-tiba putra bungsunya interupsi. “Tunggu!”
“Apalagi?” sergah Pak Surya.
“Ayah lupa, bibi di belakang belum dapat jatah!”
“Potong jadi enam dan panggil bibi kesini!” Pak Surya surprise anak bungsunya masih memikirkan orang kecil.
Tapi, saat roti nyaris masuk mulut, tiba-tiba di depan pintu seorang pengemis bersama bayi dan seorang anak lelakinya memelas, “ Lapar Pak, kasihani kami.”
Pak Surya yang dikenal waskita, cepat tanggap. “Tuhan tidak ingin kita lapar. Dia ingin memberi kita sepuluh potong. Berikan roti itu semuanya,serta susunya!” ada sedikit pemberontakan dari anak-anaknya, tapi cepat diredam Pak Surya. Roti itu pun dikumpulkan, dan diberikan kepada-yang di mata Pak Surya- malaikat yang menyamar!
Tak lama berselang, seorang berdiri di depan pintu sambil membawa bungkusan menemui Pak Surya.
“Pak ini ada dua potong roti dan sekaleng susu dari majikan saya, untuk Bapak.”
“Kamu salah alamat, itu bukan untuk saya.” Laki-laki tadi bingung.
“Betul pak, ini roti dan susu untuk bapak.”
“Tidak, itu bukan untuk saya,” kata Pak Surya berkeras.
Pak Surya menutup pintu rumahnya. Laki-laki tadi semakin bingung. Dia masih berdiri di depan pintu. Dari situ, dia mendengar sura riuh keluarga Pak Surya. Dia akhirnya tahu masalahnya, “Oh, rupanya Pak Surya punya banyak anggota keluarga. Pemberian ini tidak cukup untuk mereka.”
Dia pun kembali ke rumah majikannya. Tak lama, dia kembali ke rumah Pak Surya. “Pak, ini dari majikan saya. Sepuluh potong roti dan dua kaleng susu,” ujarnya.
Wajah Pak Surya sumringah, “Nah, kalau yang ini tidak salah alamat,” jawab Pak Surya.
“Baiklah, sampaikan terima kasih saya kepada majikanmu.” Tambah Pak Surya.
Pak Surya kemudian menghidangkan keluarga, termasuk pembantunya, masing-masing satu potong roti dan segelas susu coklat. Usai bersantap, Pak Surya membuka rahasia,
“Tuhan telah berjanji, kalau kita sedekah dengan ikhlas, maka balasannya tunai, yakni minimal sepuluh kali lipat. Jadi, ketika tadi tetangga kita mengantarkan dua potong roti, saya tolak. Hak kita adalah sepuluh potongdan juga susunya paling tidak cukup untuk berenam! Sekarang, kita bukan cuma bisa kenyang makan roti dan minum susu, tetapi kita juga punya sisa roti empat potong dan satu setengah kaleng susu lagi.

disadur dari Tabung Wakaf Indonesia Megazine.

Tidak ada komentar: